Rabu, 17 Agustus 2011

Kilau Cakrawala

Biar bulan mengebiri sendunya hingga habis rata airmata. Dan bintang menyaksikan seraya tertawakan dirimu yang disana menjadi sisi lain dalam batin, janganlah riuh sendiri. Meski pilu, bernyanyilah dirangkulan sang bulan. Ia pada janji-janjinya yang dulu mulai ingkar. Entah jiwa yang membentak itu membuatnya lebih lemah dan kecil dalam sanubari. Entah. Lalu ia telusuri semak mawar berduri dan Ia lihat sosok putih itu terbentang memilau cakrawala dari balik rimbun anggrek, tapi terbang bersama malaikatnya. Yang takkan pernah tergapai.

Rekah senja dalam pelukan surya yang ingin menutup diri, yang lama telah bersinar, memanjakan manusia. Itu, dirimu. Fajar terbit dari selongsong barat, menghidupi mata hati. Segera ia bangkit lagi, dari kepiluan yang menyapu bahagia. Biar berlalu dari lintas setia kau dan cincinmu. Ia menghening disampingnya, meski melirik penuh derai luka. Biarkan ia melangkah menelusuri jalan semak temaram membisu. Ia sudah usai mengganggu harimu, kini 'kan dicarinya pondok lain untuk menetap dan menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar