Rabu, 17 Agustus 2011

Membusuk Lalu Ia Mati

Di sudut Ia membusuk, merintih sendiri. 
Lepaskan jiwanya sejenak, terhempas meski sementara. 
Biar Ia rasakan dulu sejuta luka, menyimpan beberapa rasa, yang akan disandiwarakan ribuan tahun. 
Demi dirinya dan tawa. 
Ia rela, meski membuat sedikit buta. 
Ia lalui hampa, dan terus menerpa hatinya.Ia membungkam duka, jauh dalam duka dalam duka.... Disinggunglah jiwanya, yang menghentak pada semilir rindu pinggir pantai, dengan lagu yang teriris perih. 
Ia lanjutkan petualangan pada sumpahnya yang lalu. 
Disandung gempita malam, dibawah tudung senja, dirinya bersembah diri merintih kesendirian. 
Melutut luka, Ia merasa seperti sampah terbuang. 
Bingung, terus menerka-nerka apa yang 'kan Ia gapai. 
Lalu hilang di keheningan fajar merah merekah. 
Sendu dalam dan pilu menusuk tulang yang semakin terasa remuk. Dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar